Halaman

Kamis, 27 Oktober 2011

Bedah Buku: Political Branding Dan Public Relations

Dari kiri ke kanan: Silih Agung Wasesa, Sujanarko, dan Ike Devi
Jogja (26/10) - Terus terang, sejak lulus SD dan sejak salah satu kakak saya yang kalah dalam persaingan pemilihan kepala desa, saya menjadi agak tidak suka dengan politik. Padahal sebelumnya biasa-biasa saja. Apalagi berdasarkan hasil saat itu, kakak saya kalah karena politik curang. Maka bertambahlah kadar ketidaksukaan saya pada dunia politik.

Tapi Terlepas dari ketidaksukaan saya tersebut, hari rabu kemarin (26/10), saya datang ke acara bedah buku political branding dan public relations karangan Pak Silih Agung Wasesa. Ini bukan karena saya sudah menaruh minat pada dunia politik, tapi saya datang karena satu, penulis sekaligus pembicaranya adalah Silih Agung Wasesa, praktisi PR yang sampai saat ini saya sukai. Dan dua, dunia public relations adalah bidang yang saya geluti sekarang.

Awal seminar, setelah pembawa acara memperkenalkan moderator dan moderator selesai memperkenalkan pembicara, acara bedah buku tersebut dimulai dengan pemaparan pak silih tentang anggaran kampanye parpol, caleg, maupun kepala daerah. Saat itu pak silih lebih banyak membandingkan political branding dan branding merek komersial. Meskipun keduanya sangat berbeda, tapi pak silih berusaha menegaskan bahwa keduanya harus memiliki strategi PR untuk menghemat biaya kampanye. Selesai memberikan materi, selanjutnya pak Silih memberikan giliran pada pak Sujanarko dan bu Ike Devi untuk berbagi materi.
Ada satu pernyataan yang sangat menarik saya, dan menurut saya ini tidak biasa. Kata pak Sujanarko, resep menjadi politikus Cuma 2, satu jadilah orang baik – karena kalau kamu seorang yang baik, besok kamu akan dipilih kembali oleh rakyat, karena rakyat butuh orang baik. Yang kedua adalah jadilah bajingan sekalian (lhoh kok?), saya sendiri kaget ketika mendengar ini, tapi setelah dijelaskan lagi, ternyata ada benarnya juga. Seorang bajingan politik akan mengambil sebanyak-banyaknya uang ketika menjabat, dan menebar dana sebanyak-banyaknya ketika akan mencalonkan kembali (money politik), tapi yang kedua tidak direkomendasikan.

Sebenarnya, saya yakin bahwa dunia politik itu lebih rumit dari apa yang saya bayangkan. Bahkan Sebagian besar orang beranggapan bahwa politik itu kotor dan busuk, ada korupsi, intrik, saling menjatuhkan, dan sebagainya. Parahnya lagi, hampir semua elite politik melakukan hal yang demikian. Nah, kalau tidak ada orang baik yang peduli dan menjauhi dunia politik karena anggapan itu, berarti selamanya politik akan di isi orang-orang yang tidak baik. Iya kan? Saya jadi berpikir, apakah saya akan masuk dunia politik suatu saat nanti? Meskipun sebenarnya saya tidak suka?

Tidak ada komentar: